Jumat, 26 April 2013

Seputar Epidemiologi





TUGAS MK. EPIDEMOLOGI
PENCEGAHAN PRIMER DAN SEKUNDER
PENYAKIT TUBERKULOSIS

Dosen Pengampu : Evi Sri Suryani, S.Si.T

 Oleh :
Ewi Susilaningsih
111140

 AKADEMI KEBIDANAN YLPP PURWOKERTO
2012/2013

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit menular Tuberkulosis (TB) masih menjadi perhatian dunia dan hingga saat ini, belum ada satupun negara yang bebass TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB, dan sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun).
Berdasarkan laporan WHO dalam Globaal Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia  penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat tahun ini turun dibanding tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke tiga setelah India dan China.
Menurut Tjandra Yoga (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan), sedikitnya ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 – 8 bulan) menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (drop) setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant-kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
Gejala sistemik/umum meliputi demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Selain itu penurunan nafsu makan dan berat badan. Terkadang batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khususnya tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. Jika ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Sewaktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Oleh karena itu, dalam rangka meminimalisir penyakit TBC diperlukan upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier.

 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB II
PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER
PENYAKIT TUBERKULOSIS

A.     Pencegahan Primer
Pencegahan ini merupakan pencegahan  tingkat pertama yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus yang dapat ditujukan pada host, agent dan lingkungan.
Pencegahan primer pada penyakit tuberkulosis di antaranya :
1.      Pencegahan pada faktor penyebab tuberculosis (agent) bertujuan mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh agent tuberculosis yaitu mycobacterium tuberkulosa serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosa selama menjalani proses pengobatan.
2.      Mengatasi faktor lingkungan (Environment) yang berpengaruh pada penularan tuberkulosa seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
3.      Meningkatkan daya tahan pejamu (host) seperti meningkatkan status gizi individu,   pemberian imunisasi BCG terutama bagi anak.
4.      Tidak membiarkan penderita tuberculosis tinggal serumah dengan bukan penderita karena bisa menyebabkan penularan.
5.      Meningkatkan pengetahuan individu pejamu (host) tentang tuberkulosa definisi, penyebab, cara untuk mencegah penyakit tuberculosis paru seperti imunisasi BCG, dan pengobatan tuberculosis paru.
B.     Pencegahan Sekunder
Pencegahan ini merupakan pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosa dini dan pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ni ditujukan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau yang terancam akan menderita tuberkulosa (masa tunas).
Pencegahan Sekunder penyakit Tuberkulosis diantaranya :
ü  Pemberian obat anti tuberculosis (OAT) pada penderita tuberkulosa paru sesuai dengan kategori pengobatan seperti isoniazid atau rifampizin.
ü  Penemuan kasus tuberkulosa paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
ü  Diagnosa dengan tes tuberculin
ü  Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya
ü  Melakukan foto thorax
ü  Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa
C.     Pencegahan tertier
Pencegahan ini merupakan  pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanent, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian. Dapat juga dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosialnya.
Pencegahan Tersier penyakit Tuberkulosis :
ü  Lakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang.
ü  Berikan penanganan bagi penderita yang mangkir terhadap pengobatan.
ü  Kadang kadang perlu dilakukan pembedahan dengan mengangkat sebagian paru-paru untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tulang belakang


 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BAB III
KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa pencegahan penyakit primer itu dilakukan sedini mungkin sebelum timbulnya penyakit Tuberkulosis seperti pelaksanaan isolasi pada penderita, imunisasi BCG pada anak, dan lingkungan rumah yang terdapat ventilasi.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan pengobatan setelah terkena penyakit seperti pemberian OAT, diagnosa pemeriksaan sputum (dahak) , tes tuberculin, libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti tuberkulosa
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan rujukan dalam diagnosis, pengobatan secara sistematis dan berjenjang, serta pembedahan.

  -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Lingkungan Departemen Kesehatan RI. 2011. RI peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak. (Diakses  pada tanggal 31 maret 2013 di  http://www.infopenyakit.org )

https://stats.wordpress.com/b.gif?v=anonymous_usage3&c=czBEbnBWVGkvKlI8MHM+aVshdHIwQ3YxPXBbZUdRLCRsfjAkbm13SU9pa0ZRSXQvbW84TCFKSXYkUT08U215dH5YISYzQG9EZkI
http://b.scorecardresearch.com/p?cj=1c1=2&c2=7518284
http://stats.wordpress.com/b.gif?v=noscript

Tidak ada komentar:

Posting Komentar