Rabu, 21 November 2012

Herpes Genitalis



BAB 1
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Herpes Genitalis (HG) merupakan IMS virus yang menempati urutan kedua tersering di dunia dan merupakan penyebab ulkus genital tersering di negara maju. Virus herpes simpleks tipe -2 (VSH-2) merupakan penyebab herpes genitalis tersering (82 %), sedangkan virus herpes simpleks tipe – 1 (VHS-1) yang lebih sering dikaitkan dengan lesi di mulut dan bibir, ternyata dapat pula ditemukan pada 18 % kasus herpes genitalis.
            Herpes genitalis atau herpes kelamin аdаlаh penyakit kelamin yang cukup sulit untuk diobati dan pengobatan penyakit herpes genitalis ini pun cukup memakan waktu. Penyakit dіtаndаі dеngаn tіmbulnуа vеѕіkulа (реnіnggіаn kulіt bеrbаtаѕ tеgаѕ dеngаn dіаmеtеr kurаng dаrі 1 сm dаn dараt ресаh mеnіmbulkаn еrоѕі seperti kоrеng kесіl) раdа реrmukааn mukоѕа kulіt, bеrgеrоmbоl dі аtаѕ dаѕаr kulіt уаng bеrwаrnа kеmеrаhаn. Pаdа umumnуа tеrјаdі раdа bаgіаn tubuh dі bаwаh рuѕаr, tеrutаmа dаеrаh gеnіtаl dаn ѕеkіtаrnуа. Akan tetapi, mоhоn dііngаt. bаhwа tіdаk ѕеmuа bіntіk dі kulіt layaknya kоrеng kесіl-kесіl раdа аrеа ѕеkіtаr оrgаn ѕеkѕuаl lаntаѕ dіаnggар Hеrреѕ gеnеtаlіѕ.
Wаlаuрun Herpes Simplex Virus tуре II mеruраkаn реnуеbаb tеrbаnуаk hеrреѕ gеnіtаlіѕ, nаmun dеngаn trеnd mеnіngkаtnуа аktіfіtаѕ ѕеkѕuаl ѕесаrа оrоgеnіtаl (aktifitas seksual mеlаluі mulut), kеduаnуа (HSV-1 dаn HSV-2) dараt dіtеmukаn di sekitar ріnggаng kе bаwаh, tеrutаmа аrеа оrgаn ѕеkѕuаl dаn ѕеkіtаrnуа.
Oleh karena itu, herpes genitalis perlu adanya pengobatan segera untuk menanggulanginya dengan pengobatan simtomatik secara rutin bagi orang yang sudah terkena supaya tidak menularkan ke yang lain. Sedangkan pencegahan diperlukan untuk mencegah orang terkena penyakit ini.

B.     Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1.      Untuk mengetahui penyakit Herpes genitalis dan penanganannya.
2.      Untuk mencegah penularan Herpes genitalis lebih lanjut.
3.      Untuk menambah pengetahuan khususnya para mahasiswa kebidanan dan umumnya bagi pembaca.
4.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ginekologi

















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren (dapat berulang- ulang). Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital..

B.     Etiologi
Herpes genitalis disebabkan oleh VHS tipe 2 pada umumnya menyerang daerah genital dan sekitarnya. Virus ini tergolong Herpetoviridae tersusun atas untaian molekul DNA yang terletak   di tengah – tengah bungkus ( nukleocapsid ) virus, bukan merupakan inti, tetapi sebagai materi hidup viral yang menurunkan semua sifat – sifat dasarnya dari generasi ke generasi penerus. DNA ini dibungkus oleh molekul protein atau glikoprotein sebagai selubung yang mempunyai potensi antigenik.
Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit  herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja  terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit herpes yang terbuka.
Penggolongan penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks dan herpes zoster.

  1. Faktor Predisposisi
Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi kulit didaerah vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya melalui hubungan seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.
Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.
Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

  1. Klasifikasi
Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.
Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
Virus herpes simpleks (KLASIFIKASI)
Kelas: Kelas I (dsDNA)
Famili: Herpesviridae
Famili: Alphaherpesvirinae
Genus: Simplexvirus
Species:Virus Herpes simplex (HSV-1) dan (HSV-2)
Virus herpes simpleks 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2) adalah dua virus dari famili herpesvirus, Herpesviridae, yang menyebabkan infeksi pada manusia. HSV-1 dan 2 juga merujuk pada virus herpes manusia 1 dan 2 (HHV-1 dan HHV-2). Setelah infeksi, HSV menjadi tersembunyi, selama virus ada pada sel tubuh saraf. Selama reaktivasi, virus diproduksi di sel dan dikirim melalui sel saraf akson menuju kulit. Kemampuan HSV untuk menjadi tersembunyi menyebabkan infeksi herpes kronik’ setelah beberapa infeksi terjadi, gejala herpes secara periodik muncul di dekat tempat infeksi
  1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank ( pengecatan dengan giemsa atau wright), akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut.
A.    Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)
B.     Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C.    Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.
  1. Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral. Namun untuk pencegahan dini dapat dilakukan sebagai berikut :
1.       Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
2.       Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
3.       Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
4.       Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5.       Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.

  1. Komplikasi
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler.
Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
  1. Penatalaksanaan
    1. Secara umum
-          Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan.
-          Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
-          Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes. Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
-          Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti : menjaga kebersihan lokal dan menghindari trauma atau faktor pencetus.
-          Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
-          Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah asiklovir (Zovirus), famsiklovir dan valasiklovir (Valtres)
a.       Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)
b.      Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
c.       Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
-          Povidone  iodine terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua untuk mengobati herpes genital. 
-          CDC (Center For Disease Control and Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
-          Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.
    1. Pada ibu hamil
a.       Infeksi asimptomatik 
Pemeriksaan skrining serologi TORCH pada wanita hamil umumnya mencakup pemeriksaan serologi HSV tipe 1 dan  2. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan HSV seropositif maka harus dijelaskan kepada calon si ibu mengenai transmisi HSV tersebut dan kemudian mencantumkan adanya riwayat penyakit HSV pada catatan medik pasien. Apabila selama kehamilan tidak terjadi rekurensi infeksi maka persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan menghindari pemakaian alat ( cunam atau vakum ) dan pemecahan selaput ketuban tanpa indikasi obstetric  jelas.  Apabila  terjadi  rekurensi  infeksi  maka penangan selanjutnya mengikuti skema penalaksanaan infeksi herpes genitalis dengan infeksi rekurens. 
Karena VHS pada asimptomatik dalam keadaan laten berada di dalam inti sel, maka eradikasi virus secara total hampir tidak mungkin terjadi, sehingga pengobatan biasanya ditujukan kepada ibu hamil dengan infeksi primer, yang mengalami rekurensi, atau yang menunjukkan isolat virus positif yang berasal dari daerah genital baik dari vulva maupun serviks.
Apabila hasil pemeriksaan laboratorium pada si ibu menunjukkan HSV seronegatif, maka suami juga harus diperiksa serologi HSV nya, dan apabila hasilnya positif, maka harus dijelaskan kepada pasangan tersebut mengenai transmisi HSV dan dianjurkan untuk memakai kondom bila bersetubuh. Apabila terjadi infeksi primer maka penanganan selanjutnya mengikuti skema penatalaksanaan infeksi herpes genitalis dengan infeksi primer. Namun bila tidak terjadi infeksi primer, cukup memberikan tanda pada catatan medik si ibu dan bayi adanya risiko HSV dan bayi kemudian diobservasi.
b.      Infeksi Primer
Infeksi HSV Primer dalam kehamilan dibagi menjadi Infeksi primer pada kehamilan trimester I dan II Pasien yang terinfeksi herpes genitalis pada masa ini segera diobati dengan asiklovir intravena atau per oral  tergantung berat penyakit.
Dosis asiklovir 1000 – 1200 mg / hari yakni 5 x 200 mg atau pemberian tiap 8 jam ( 300 mg, 400 mg, dan 300 mg ) per oral. Ada juga memberikan dengan dosis 200 mg / 4 jam per oral. Lama pengobatan bervariasi, ada yang menganjurkan sekurang – kurangnya 7 hari tergantung beratnya penyakit , namun ada yang menganjurkan sampai 4 minggu terakhir kehamilan karena dapat mencegah rekurensi pada kehamilan aterm dan mengurangi kejadian seksio sesaria.
Untuk kasus berat terutama disertai dengan gejala neurologi sentral, dianjurkan pemberian asiklovir intavena dengan dosis 7,5 mg / kg BB tiap 8 jam selama 10 – 14 hari atau sampai terbentuk krusta.
Bila memungkinkan pada masa ini tentukan tipe spesifik serologinya untuk menentukan apakah infeksi ini disebabkan HSV-1 atau HSV-2. 
Disamping untuk menentukan apaka gejala ini merupakan infeksi primer, gejala pertama non primer atau gejala pertama infeksi rekurens. Keadaan ini akan mempengaruhi penatalaksanaan persalinan karena terdapat perbedaan risiko transmisi HSV pada bayi. Apabila pasien selanjutnya tidak mengalami infeksi rekurens sampai hamil aterm maka persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan catatan tidak memakai alat, mencantumkan riwayat HSV pada catatan medik dan mendidik pasangan tersebut mengenai herpes neonatal.
ü  Pada ibu kehamilan 30 – 34 minggu :
Pertama – tama harus dilakukan dulu apakah benar si ibu menderita infeksi primer, misal dengan menentukan tipe spesifik serologi. Apabila ya segera dilakukan terapi dengan asiklovir tergantung berat – ringannya penyakit, atau mulai memberikan asiklovir supresif terus menerus sampai partus untuk menekan viral shedding. Apabila ternyata si ibu tidak menderita infeksi primer, maka penatalaksanaan mengikuti skema infeksi rekurens.
ü  Pada ibu kehamilan lebih dari 34 minggu:
Berikan terapi asiklovir intravena atau peroral tergantung beratnya penyakit, dan rencanakan untuk melakukan seksio sesaria untuk mengurangi risiko transmisi HSV pada bayi. Kemudian langsung memeriksa kultur dari bayi dalam 12 – 24 jam. Bayi diberikan terapi dengan asiklovir atau diobservasi dan mulai diberikan terapi bila timbul gejala. Apabila dalam persiapan seksio sesaria terjadi partus pervaginam, dilakukan kultur dari bayi dalam 12 – 24 jam dan pertimbangkan untuk memulai pemberian asiklovir. Apabila hasil kultur negatif, asiklovir dihentikan, sebaliknya bila positif bayi diobati sebagai bayi dengan infeksi herpes neonatal.
c.       Infeksi rekurens
 Wanita dengan riwayat infeksi rekurens sebaiknya diberi tanda riwayat penyakit HSV pada catatan medik ibu dan bayi. Pada awal persalinan segera dilakukan pemeriksaan untuk mencari lesi HSV. Pemberian asiklovir supresif pada akhir kehamilan ( 2 – 4 minggu ) dengan tujuan untuk mengurangi angka seksio sesaria dan insiden herpes neonatal saat ini sedang diteliti. Apabila tidak dijumpai lesi maka persalinan dapat berlangsung pervaginam karena risiko herpes neonatal rendah, sedang apabila lesi timbul pada saat partus, maka untuk rencana persalinan perlu pertimbangan yang matang antara risiko transmisi virus pada bayi dan risiko seksio sesaria pada ibu. Pada persalinan pervaginam risiko transmisi HSV pada bayi sangat rendah ( kurang dari 3% ).  Bila persalinan berlangsung pervaginam dapat diberikan asiklovir supresif. Segera dilakukan  kultur  dari  bayi 12 – 24 jam,  bayi  diobservasi  dengan  ketat untuk tanda – tanda herpes neonatal meskipun risiko penularan rendah. Namun ada yang berpedapat bila dijumpai lesi genital saat persalinan diperlukan tindakan seksio sesaria.
3.      Pada Ibu Bersalin
American Infectius diseases Society for Obstetrics and Gynecology mengusulkan penanganan infeksi VHS dalam persalinan sebagai berikut :
a.       Wanita hamil dengan riwayat herpes genitalis tetapi tidak menunjukkan gejala aktif  :
-          Pemeriksaan kultur seminggu sekali tidak perlu dikerjakan
-          Bila pada saat melahirkan tidak terdapat lesi genital, persalinan diusahakan pervaginam. 
-          Untuk  mengidentifikasi  kemungkinan  tertularnya  bayi  baru  lahir,  kultur  virus  dari ibu perlu dikerjakan pada saat ibu dalam persalinan dan dari anak segera setelah dilahirkan. Isolasi ibu tidak perlu dikerjakan.
b.      Wanita dengan lesi klinis herpes genitalis :
-          Lesi herpes genitalis terjadi saat ibu dalam persalinan, seksio sesaria   merupakan pilihan terbaik untuk mengurangi resiko terinfeksinya bayi baru lahir
-          Bila lesi terjadi pada akhir kehamilan, tetapi belum dalam persalinan  perlu dilakukan kultur tiap 3 – 5 hari, untuk meyakinkan tidak adanya virus pada saat persalinan sehingga dapat menurunkan angka seksio sesaria.
-          Pada keadaan  ketuban  pecah  dini,  seksio  sesaria  sebaiknya  dikerjakan   sebelum  6 jam,meskipun seksio sesaria yang dikerjakan sesudahnya, tetap lebih baik dari persalinan     pervaginam.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Herpes genitalis adalah PMS didaerah kelamin yang disebabkan virus herpes simplek tipe 2 atau 1, ditandai dengan timbulnya vesikula pada permukaan mukosa kulit, bergerombol diatas dasar kulit yang bewarna kemerahan biasanya terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana yaitu Tes Tzank. Selain itu dapat juga dengan pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK ) dan Kultur virus .
Komplikasinya berupa kebutaan, bayi dapat meninggal / mengalami gangguan pada otak/kulit/mata, kematian  pada janin
Pengobatan biasanya dengan obat anti – virus dosis rendah (alkovir) dlm bentuk krim atau oral untuk mengurangi jumlah virus yang hdup dalam luka sehingga mengurangi resiko puenularan.

B.     Saran
-          Pembaca dapat mencegah dirinya dari penyakit herpes genitalis.
-          Seorang bidan atau tenaga kesehatan juga harus mewaspadai adanya herpes genitalis pada ibu hamil supaya tidak menularkan ke janinnya.







DAFTAR PUSTAKA


Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar – Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates.
Prawirohardjo, Sarwono.  2009. Ilmu Kebidanan edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tiran, Denise. 2005. Kamus Saku Bidan. Jakarta : EGC